Edit Content

Perkumpulan Desa Digital Terbuka atau Disebut Juga OpenDesa Membantu Desa Menjadi Desa Cerdas, Memaksimalkan Potensi Desa Menggunakan Teknologi Informasi Sumber Terbuka yang Gratis dan Bebas Digunakan

Mengintip Pusat Layanan Sistem Informasi OpenDesa yang Dimanfaatkan Belasan Ribu Desa di Indonesia

OpenDesa–Siapa menyangka layanan aplikasi sistem informasi desa (SID) yang sudah digunakan hingga mencapai 13 ribu lebih desa pengguna di Indonesia, berpusat di Kabupaten Limapuluh Kota. Kecanggihan teknologi informasi saat ini, menjadikan desa mampu optimalkan pelayanan bagi masyarakat dengan penyajian data akurat, tepat dan mampu disajikan secara cepat untuk kebutuhan pengambil kebijakan atau pelayanan bagi masyarakat desa.

Sajikan data vaksinasi dalam waktu hitungan menit, bahkan lebih cepat, tidak lagi masalah bagi nagari (Desa, red) bukan hal yang aneh di era digitalisasi tentunya. Hanya saja, belum semua desa bisa melakukannya, apalagi yang belum memiliki kemampuan untuk akses teknologi informasi secara maksimal. 

Menjadi sesuatu yang sulit, mahal dan juga rumit, setidaknya itulah stigma awal yang muncul ketika awal akan beralih menjadi pemanfaatan teknologi informasi digital. Memang tidak satu alasan, sejumlah penyebab lainnya, seperti sulitnya ketersediaan jaringan telekomunikasi, hingga anggaran yang terbatas dan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), juga menjadi kendala. 

Selain mendukung keterbukaan informasi publik dengan akses informasi  yang transparan, kemudahan dalam melayani juga lebih maksimal, seperti yang diungkapkan salah Sekretaris Desa Guntung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, Rudiansyah Putra saat berbincang dengan Padang Ekspres via telepon genggamnya, Rabu(5/12). 

Sudah bekerja lebih dari 11 tahun di Pemerintahan Desa. Sepanjang perjalanan karir di pemerintahan, banyak sekali persoalan yang dihadapi. Sehingga butuh solusi cepat untuk menyelesaikannya. Inilah motivasi utama Rudiansyah mencari upaya terbaik mempermudah pekerjaan dengan hasil maksimall.

“Tentunya banyak sekali dijumpai problem di Desa. Persoalan yang paling sering dijumpai itu, terkait data kependudukan. Sebab disitulah basis data awal untuk kebutuhan pengambil kebijakan di tingkat desa hingga tingkat yang lebih tinggi,”tulis Rudiansyah saat berbagi cerita dengan OpenDesa, Rabu(29/11).

Bahkan menurut Sekretaris Desa Guntung ini,dirinya sempat mempelajari bahasa pemrograman secara otodidak, namun gagal hingga mencoba menggunakan jasa programmer untuk membuatkan sebuah sistem database kependudukan di Desa, alhasil gagal jugal.

“Hingga akhirnya pada Tahun 2020 saya secara tidak sengaja menemukan Sistem Informasi Desa (OpenSID) yang dikembangkan para pegiat Perkumpulan Desa Digital Terbuka (OpeDesa) yang berbasis komunitas,”kisah Rudiansyah lagi. 

Setelah mempelajari hingga akhirnya memutuskan untuk berlangganan premium perdana di Desember 2020.”Saat itu saya mulai serius mengisi data kependudukan sehingga semua fitur dapat digunakan,”ucap anak muda visioner ini.  

Tidak hanya Rudiansyah dari Sumatera Utara, belasan ribu desa lainnya, sekarang sudah bergabung sebagai pengguna aplikasi gratis yang disediakan para pegiat yang ingin melihat seluruh desa di nusantara ini kian maju dengan teknologi informasi. Desa Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), bahkan raih prestasi luar biasa sebagai Juara 1 penerima Anugerah Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2021 berkat OpenSID. 

Desa pengguna Sistem Informasi Desa Terbuka (OpenSID), menerima penghargaan yang diserahkan langsung Sekretaris Provinsi Sulsel Abdul Hayat Gani  pada agenda penyerahan anugerah Komisi Informasi Provinsi (KIP) Sulsel di Hotel The Rinra, Kota Makassar, Rabu (15/12/2021) akhir tahun lalu.

“ Kita berbagi pengalaman menggunakan OpenSID selama Tiga tahun terakhir,”tutur Kepala Desa (Kades) Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Ishak yakinkan sistem informasi desa sangat penting bagi desa. Kades yang juga pegiat OpenDesa di Kabupaten  Bone  tersebut, merupakan salah satu tokoh yang sangat terbuka untuk kemajuan desa dan dengan cepat mengadopsi teknologi  informasi guna mempermudah kinerja aparatur dalam pemerintahan desa dan pelayanan optimal bagi masyarakat.

“Desa Bana, merupakan salah satu desa yang berada di pelosok Kabupaten Bone. Tempatnya terpencil di sudut kabupaten. Inilah yang menjadi motivasi utama bagi kami di Desa Bana untuk bisa terhubung dengan dunia luar dan melek informasi. Sehingga di tahun 2018 lalu, kita putuskan untuk bergabung dengan OpenDesa dan memanfaatkan sistem informasi desa yang dikembangkan anggota komunitas yang berpusat di Sumatera Barat ini,”ucap Ishak.    

Aplikasi yang dirancang para pegiat digitalisasi desa dengan Kantor Sekretariat di Nagari Tanjuang Haro Sikabu-kabu, Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat ini, didedikasikan untuk desa-desa di nusantara secara gratis. Hal  itu dipaparkan Sekretaris Jenderal OpenDesa, Hery Wanda. 

“Kiita bersama para pegiat yang menamakan diri Perkumpulan Desa Digital Terbuka (OpenDesa), mengembangkan aplikasi bersama untuk Sistem Informasi Desa Terbuka yang disebut OpenSID. Aplikasi ini bisa dimanfaatkan pemerintah desa secara gratis untuk kemudahan pekerjaan di era digitalisasi,”ucap Sekretaris Jenderal (Sekjen) OpenDesa, Hery Wanda, Kemarin di kantor Sekretariat Nasional OpenDesa.              

Perkumpulan yang dibina oleh salah seorang tokoh asal Limapuluh Kota bernama, Eddie Ridwan ini, terus berkembang dari tahun ke tahun. Pria yang saat ini berdomisili di Melbourne, Australia  tersebut, menjadi motor utama penggerak OpenDesa bersama Ketua Umum, Hernindya Wisnu Adjie dan sejumlah pegiat OpenDesa lainya secara remote. Artinya setiap pekerjaan dan tugas pengembangan aplikasi dilakukan secara online.

“Kita terus mengajak dan mengabarkan praktik baik untuk nagari yang  ada di Sumatera Barat ini. Semoga menjadi perhatian  serius dan didukung penuh  pemerintah agar bisa bersama- sama mengabdi  lebih  maksimal untuk masyarakat,”harap  Hery  Wanda.(***)      

 

Kategori :

Bagikan: